Jakarta - Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, menilai merosotnya tingkat kepuasan publik terhadap kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disebabkan oleh ulah sejumlah kader Partai Demokrat yang terbelit perkara. Dia antara lain menyebut nama Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan Andi Nurpati. "Kami tertimpa angin puting beliung," kata Ruhut di Jakarta kemarin.
Karena itu, kata dia, Demokrat segera menggelar rapat untuk membahas sejumlah kasus yang diduga melibatkan kader partai. "Kami harus cuci gudang. Kalau ada indikasi keterlibatan dalam sebuah kasus, lebih baik kader itu mundur," ujar Ruhut.
Kemarin Lingkaran Survei Indonesia (LSI) kembali menyoroti kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat. Sebelumnya, LSI merilis hasil survei yang menyatakan kasus Muhammad Nazaruddin berdampak buruk terhadap Partai Demokrat.
Hasil survei itu menyebutkan kepemimpinan Yudhoyono merosot pada titik terendah sejak menjabat kedua kalinya. "Kinerja SBY sebagai presiden menempati angka 47,2 persen," kata peneliti senior LSI, Sunarto Ciptoharjono. "Tingkat kepercayaan publik terhadap SBY dalam kondisi kritis." Popularitasnya turun 9,5 persen dari survei pada Januari 2011.
Menurut Sunarto, ada empat penyebab anjloknya pamor SBY. Pertama, semakin banyak kasus besar berskala nasional yang penanganannya tak tuntas. "Aneka kasus besar yang tak tuntas di bawah leadership SBY menjadi variabel yang mulai mengubah persepsi publik."
Kedua, SBY dinilai terlalu reaktif atas sejumlah kasus yang menyerang dirinya, sementara publik menilai itu masalah sepele. Contohnya kasus pesan pendek (SMS) gelap yang mengatasnamakan Nazaruddin.
Ketiga, SBY dianggap tidak punya operator politik tangguh untuk membantu menuntaskan berbagai masalah. Keempat, berkembangnya kasus dugaan korupsi di Partai Demokrat, yang menimpa sejumlah kader. "Berlarutnya kasus Nazaruddin di Singapura menambah seksi kasus itu," ujar Sunarto.
Data survei itu sama dengan hasil survei tentang Nazaruddin yang dirilis dua pekan lalu. Survei dilakukan pada 1-7 Juni 2011 dengan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi. Pengumpulan data melalui wawancara tatap muka dengan tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen.
MAHARDIKA SATRIA HADI | ISMA SAVITRI
source : tempointeraktif
Minggu, 26 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar